OLEH : ARIPIANTO
Dibeberapa Halaman media diberitakan tragedi
berdarah di lampung selatan yang menewaskan 12 orang, seperti yang penulis
mendapatkan informasi Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB
di desa Sidorejo kecamatan Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi
bentrokan antara warga suku Lampung dan warga suku Bali.Dalam peristiwa
tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni,
namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah
memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku
Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke
pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan
tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar
milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.
Terkait hal ini warga mengaku trauma dan tak
tahu harus berbuat apa. Harta benda mereka musnah terbakar saat bentrokan
terjadi. Padahal, sebagian besar dari 1.300 pengungsi ini tak tahu apa penyebab
dari bentrokan di Lampung. Seperti diberitakan, bentrok susulan antarkedua
kelompok warga di Lampung Selatan, kembali terjadi Senin kemarin sekitar pukul
14.00 WIB. Ribuan warga dari salah satu desa kembali menyerang kelompok warga
lain hingga kembali memakan korban.
Pemicu Bentrokkan
Apa pemicu bentrokan warga tersebut? Menurut
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris
Besar Sulistyaningsih mengatakan dua kampung itu dihuni warga berbeda suku.
Seorang gadis warga Agom dilecehkan oleh pemuda Desa Balinuraga pada Sabtu, 27
Oktober 2012, malam. Tak terima hal itu, warga Agom meminta pertanggungjawaban
sang pemuda. Rupaya, warga Agom malah diserang warga Balinuraga. Tiga orang tewas dalam kejadian itu. Tak
terima dengan tewasnya tiga warga tadi, warga Agom menyerang balik. Suasana
masih mencekam. Ratusan polisi dan TNI menjaga ketat kedua kampung. Warga pun
berjaga-jaga dengan senjata api rakitan dan senjata tajam.
Menurut Gubernur Lampung Sjahroedin ZP saat
mengunjungi pengungsi korban bentrokan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling,
Polda Lampung. Ia menilai konflik yang terjadi kali ini disebabkan karena
penanganan konflik sebelumnya tak diselesaikan secara tuntas. "Persoalan
lama yang serupa pernah terjadi. Selama ini perdamaian terjadi hanya di
kalangan atas dan tidak menyentuh hingga kalangan bawah," Dalam
kunjungannya itu, Sjahroedin berkeliling
mengunjungi tiap aula di SPN Kemiling yang dijadikan tempat penampungan para
pengungsi bentrokan. Menurut Bapak Gubenurdi Lampung ini, kurangnya sosialisasi
kesepakatan damai hingga ke tingkat bawah menjadi pemicu kembali munculnya
bentrok antarwarga. Padahal pecahnya bentrok hanya dipicu persoalan sepele.
Yang terbaru persoalan dipicu kasus pelecehan seksual dua gadis kampung
Beberapa peristiwa serupa juga pernah
terjadi, hanya karena persoalan sepele. Salah satu satunya bentrok antarwarga
di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, pada Januari 2012. Bentrok antarwarga
yang berbeda suku ini hanya dipicu persoalan rebutan lahan parkir. Berdasarkan
data yang dihimpun dari kepolisian daerah Lampung.
Bentrokkan ini harus dilakukan dengan tindakan cepat, tepat, dan
tegas dari pemerintah maupun aparat kepolisian, serta bila dipandang perlu
dapat minta bantuan kepada aparat TNI serta dukungan dari pemerintah pusat di
Jakarta. Pihak berwenang harus segera melakukan langkah penangananan konflik
itu harus segara dilokalisir jangan
sampai bentrokan itu merembet ke wilayah lain, pemerintah perlu bertindak cepat
untuk mengajak seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat adat bisa segera duduk
bersama mencari penyelesaiannya. serta semua pihak agar dapat untuk bisa menahan diri, mengingat kalau
sudah menjadi kasus SARA dampaknya sangat luas dan mendalam, ditambah perlu ada penyelesaian yang komprehensif
dengan mengedepankan kearifan lokal, dan bila dipandang perlu maka relokasi
bisa dipertimbangkan.
Dalam kajian Sosiologi, situasi massa yang
tidak beraturan ini bisa dikategorikan sebagai penyimpangan kolektif (group
deviation). Contoh konkretnya adalah kenakalan remaja, tawuran/perkelahian
pelajar, tawuran antarwarga, dan bahkan bisa berbentuk penyimpangan budaya.
Psikologi massa, yang ingin main hakim sendiri, menjadi hal yang dominan dalam
kasus Lampung Selatan. Memang munculnya psikologi massa untuk main hakim
sendiri bukan berdiri sendiri. Hal itu muncul dari rangkaian potret-potret
perilaku sosial yang menyimpang. Dimulai dari potret pelecehan seksual, potret
interaksi sosial yang lemah, potret terlambatnya aparat bertindak, hingga
akhirnya potret terakhir aksi anarkistis. Pertanyaan mendasar dari berbagai
kejadian itu adalah, di mana pranata sosial yang bisa berupa norma, adat
istiadat, dan juga aturan hukum legal formal berada. Kenapa begitu mudah orang
bertindak anarkistis. Mereka dengan begitu gampangnya, dan bisa jadi tidak
merasa bersalah menghabisi nyawa orang lain.
Dimana Pemerintah??
Sementara itu, sejumlah pengungsi akibat
bentrokan antarwarga di Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan
mengalami trauma atas peristiwa tersebut. “Sebagian pengungsi mengalami trauma
yang mendalam atas kejadian tersebut, sehingga perlu penanganan atau terapi
mental bagi warga yang berada di pengungsian ini Trauma ini bisa berkepanjangan
apabila tidak segera ditangani, sehingga dapat mengakibatkan peristiwa lain
yang tidak diinginkan
Dalam Penyampaian pidato Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menginstruksikan semua pihak bertanggungjawab dan peduli,
guna menghindari terulang kembalinya aksi kekerasan horizontal termasuk di
Lampung “Sejumlah aksi kekerasan horizontal yang terjadi di beberapa
tempat di Indonesia, yang terakhir di Lampung. Saya menyerukan semua pihak
harus ikut bertanggung jawab, peduli, dan bekerja,” kata Presiden
Yudhoyono pada pers di Halim Perdanakusuma sebelum pesawat yang membawanya
beserta rombongan lepas landas menuju London hari ini.
Sedang ditempat terpisah
Menurut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sangat menyesalkan
ketidakmampuan pemerintah, khususnya aparat keamanan dalam melindungi warga
seperti dalam kasus di Lampung Selatan. Penyesalan semakin memuncak ketika
Presiden SBY lebih memilih pergi ke Inggris daripada ke Lampung. Wakil
Sekertaris Jenderal PDIP, Hasto Kristyanto, mengatakan seharusnya Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memantau situasi di Lampung."Saat ada
masalah dalam negeri, tapi dia (presiden) memilih kunjungan ke luar negeri. SBY
Lebih baik memilih datang ke sana untuk menyelesaikan masalah.
Hasto Krisyanto mengatakan
pemerintah telah gagal melindungi warga negaranya sendiri. "Dengan adanya
korban meninggal dunia, membuktikan pemerintah gagal melindungi hak hidup warga
negara Indonesia,", seharusnya
aparat keamanan di pusat dan daerah untuk bertindak sungguh-sungguh dan
mencegah sedini mungkin agar tidak ada lagi nyawa yang hilang sia-sia. Hasto
mengatakan akibat kegagalan dan kelalaian pemerintah dalam melindungi segenap
warga Indonesia agar diberikan santunan dan menyeru jangan sampai ada lagi satu
jiwa pun rakyat yang meninggal sia-sia serta. Pemerintah wajib melindungi hak
warga negara Republik Indonesia. Jika Kita amati peristiwa pertikaian antara
warga di Lampung Selatan disebabkan aparat keamanan terutama kepolisian tidak
maksimal menangkal secara dini potensi terjadinya konflik.
Penulis Adalah Wakabid Litbang dan Infokom DPC GMNI Pekanbaru Dan Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar