Rabu, 07 November 2012

TRAGEDI BERDARAH LAMPUNG SELATAN, PEMERINTAH DIMANA??

OLEH : ARIPIANTO
Dibeberapa Halaman media diberitakan tragedi berdarah di lampung selatan yang menewaskan 12 orang, seperti yang penulis mendapatkan informasi Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB di desa Sidorejo kecamatan Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi bentrokan antara warga suku Lampung dan warga suku Bali.Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan  kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta.
Terkait hal ini warga mengaku trauma dan tak tahu harus berbuat apa. Harta benda mereka musnah terbakar saat bentrokan terjadi. Padahal, sebagian besar dari 1.300 pengungsi ini tak tahu apa penyebab dari bentrokan di Lampung. Seperti diberitakan, bentrok susulan antarkedua kelompok warga di Lampung Selatan, kembali terjadi Senin kemarin sekitar pukul 14.00 WIB. Ribuan warga dari salah satu desa kembali menyerang kelompok warga lain hingga kembali memakan korban.
Pemicu Bentrokkan
Apa pemicu bentrokan warga tersebut? Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan dua kampung itu dihuni warga berbeda suku. Seorang gadis warga Agom dilecehkan oleh pemuda Desa Balinuraga pada Sabtu, 27 Oktober 2012, malam. Tak terima hal itu, warga Agom meminta pertanggungjawaban sang pemuda. Rupaya, warga Agom malah diserang warga Balinuraga.  Tiga orang tewas dalam kejadian itu. Tak terima dengan tewasnya tiga warga tadi, warga Agom menyerang balik. Suasana masih mencekam. Ratusan polisi dan TNI menjaga ketat kedua kampung. Warga pun berjaga-jaga dengan senjata api rakitan dan senjata tajam.
Menurut Gubernur Lampung Sjahroedin ZP saat mengunjungi pengungsi korban bentrokan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Polda Lampung. Ia menilai konflik yang terjadi kali ini disebabkan karena penanganan konflik sebelumnya tak diselesaikan secara tuntas. "Persoalan lama yang serupa pernah terjadi. Selama ini perdamaian terjadi hanya di kalangan atas dan tidak menyentuh hingga kalangan bawah," Dalam kunjungannya itu, Sjahroedin  berkeliling mengunjungi tiap aula di SPN Kemiling yang dijadikan tempat penampungan para pengungsi bentrokan. Menurut Bapak Gubenurdi Lampung ini, kurangnya sosialisasi kesepakatan damai hingga ke tingkat bawah menjadi pemicu kembali munculnya bentrok antarwarga. Padahal pecahnya bentrok hanya dipicu persoalan sepele. Yang terbaru persoalan dipicu kasus pelecehan seksual dua gadis kampung
Beberapa peristiwa serupa juga pernah terjadi, hanya karena persoalan sepele. Salah satu satunya bentrok antarwarga di Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, pada Januari 2012. Bentrok antarwarga yang berbeda suku ini hanya dipicu persoalan rebutan lahan parkir. Berdasarkan data yang dihimpun dari kepolisian daerah Lampung.
Bentrokkan ini harus  dilakukan dengan tindakan cepat, tepat, dan tegas dari pemerintah maupun aparat kepolisian, serta bila dipandang perlu dapat minta bantuan kepada aparat TNI serta dukungan dari pemerintah pusat di Jakarta. Pihak berwenang harus segera melakukan langkah penangananan konflik itu harus  segara dilokalisir jangan sampai bentrokan itu merembet ke wilayah lain, pemerintah perlu bertindak cepat untuk mengajak seluruh tokoh agama dan tokoh masyarakat adat bisa segera duduk bersama mencari penyelesaiannya. serta semua pihak agar dapat  untuk bisa menahan diri, mengingat kalau sudah menjadi kasus SARA dampaknya sangat luas dan mendalam, ditambah  perlu ada penyelesaian yang komprehensif dengan mengedepankan kearifan lokal, dan bila dipandang perlu maka relokasi bisa dipertimbangkan.
Dalam kajian Sosiologi, situasi massa yang tidak beraturan ini bisa dikategorikan sebagai penyimpangan kolektif (group deviation). Contoh konkretnya adalah kenakalan remaja, tawuran/perkelahian pelajar, tawuran antarwarga, dan bahkan bisa berbentuk penyimpangan budaya. Psikologi massa, yang ingin main hakim sendiri, menjadi hal yang dominan dalam kasus Lampung Selatan. Memang munculnya psikologi massa untuk main hakim sendiri bukan berdiri sendiri. Hal itu muncul dari rangkaian potret-potret perilaku sosial yang menyimpang. Dimulai dari potret pelecehan seksual, potret interaksi sosial yang lemah, potret terlambatnya aparat bertindak, hingga akhirnya potret terakhir aksi anarkistis. Pertanyaan mendasar dari berbagai kejadian itu adalah, di mana pranata sosial yang bisa berupa norma, adat istiadat, dan juga aturan hukum legal formal berada. Kenapa begitu mudah orang bertindak anarkistis. Mereka dengan begitu gampangnya, dan bisa jadi tidak merasa bersalah menghabisi nyawa orang lain.
Dimana Pemerintah??
Sementara itu, sejumlah pengungsi akibat bentrokan antarwarga di Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan mengalami trauma atas peristiwa tersebut. “Sebagian pengungsi mengalami trauma yang mendalam atas kejadian tersebut, sehingga perlu penanganan atau terapi mental bagi warga yang berada di pengungsian ini Trauma ini bisa berkepanjangan apabila tidak segera ditangani, sehingga dapat mengakibatkan peristiwa lain yang tidak diinginkan
Dalam Penyampaian pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan semua pihak bertanggungjawab dan peduli, guna menghindari terulang kembalinya aksi kekerasan horizontal termasuk di Lampung “Sejumlah aksi kekerasan horizontal yang terjadi  di beberapa tempat di Indonesia, yang terakhir di Lampung. Saya menyerukan semua pihak harus ikut bertanggung jawab,  peduli, dan bekerja,” kata Presiden Yudhoyono pada pers di Halim Perdanakusuma sebelum pesawat yang membawanya beserta rombongan lepas landas menuju London hari ini.
Sedang ditempat terpisah Menurut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sangat menyesalkan ketidakmampuan pemerintah, khususnya aparat keamanan dalam melindungi warga seperti dalam kasus di Lampung Selatan. Penyesalan semakin memuncak ketika Presiden SBY lebih memilih pergi ke Inggris daripada ke Lampung. Wakil Sekertaris Jenderal PDIP, Hasto Kristyanto, mengatakan seharusnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memantau situasi di Lampung."Saat ada masalah dalam negeri, tapi dia (presiden) memilih kunjungan ke luar negeri. SBY Lebih baik memilih datang ke sana untuk menyelesaikan masalah.
Hasto Krisyanto mengatakan pemerintah telah gagal melindungi warga negaranya sendiri. "Dengan adanya korban meninggal dunia, membuktikan pemerintah gagal melindungi hak hidup warga negara Indonesia,", seharusnya  aparat keamanan di pusat dan daerah untuk bertindak sungguh-sungguh dan mencegah sedini mungkin agar tidak ada lagi nyawa yang hilang sia-sia. Hasto mengatakan akibat kegagalan dan kelalaian pemerintah dalam melindungi segenap warga Indonesia agar diberikan santunan dan menyeru jangan sampai ada lagi satu jiwa pun rakyat yang meninggal sia-sia serta. Pemerintah wajib melindungi hak warga negara Republik Indonesia. Jika Kita amati peristiwa pertikaian antara warga di Lampung Selatan disebabkan aparat keamanan terutama kepolisian tidak maksimal menangkal secara dini potensi terjadinya konflik. 







Penulis Adalah Wakabid Litbang dan Infokom DPC GMNI Pekanbaru Dan Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau


Tidak ada komentar:

Posting Komentar