Jumat, 05 Oktober 2012

KENAIKKAN BBM, SIAPA YANG DI “ UNTUNGKAN(?)”


OLEH : ARIPIANTO
Meski harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum naik, namun wacana itu sangat meresahkan masyarakat. Pasalnya, jelang kenaikan BBM, harga sembako di pasar merangkak naik. menaikkan BBM akan berdampak terhadap semakin tidak terkontrolnya inflasi. Semua kebutuhan masyarakat tentu akan ikut naik. Seharusnya pemerintah merencanakan strategi untuk lebih menambah subsidi.  Pengamat Ekonomi LIPI, Latif Adam, tidak meragukan alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, awal April nanti. Namun, dia masih meragukan kemampuan pemerintah untuk melaksanakan kompensasi kenaikan harga BBM dengan memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dan subsidi kepada angkutan umum. "Apabila aplikasi di lapangannya tidak matang, khawatir menimbulkan kekisruhan, bahkan penyimpangan" ujar Latif saat dihubungi. (Republika11/3/2012)...
Setidaknya terdapat dua penyebab kerawanan terjadinya kekisruhan dalam pelaksanaan kebijakan kompensasi tersebut. Pertama, Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) menggunakan pendekatan rumah tangga saat menentukan kelompok miskin yang layak menerima bantuan langsung tunai seperti yang dilakukan pada 2005. Padahal tolok ukur kemiskinan menggunakan pendekatan per kapita per orang. "Kalau PPLS tidak bisa menurunkan pendekatan ini, dari rumah tangga ke perorangan, akan terjadi exclusion error. Ini karena perbedaan orang yang hampir miskin dengan yang miskin sangat tipis. Mekanisme pengawasan distribusi BSLM oleh pemerintah pun menjadi kekhawatiran lainnya. Pembagian BLT yang sudah-sudah, menjadi hal umum saat sasaran penerima BLT tidak optimal, di mana banyak penerima yang tidak layak menerima BLT. Dan akibatnya, banyak yang harus menerima malah gigit jari. Pada bulan Januari – Februari 2012 lalu, konsumsi premium melonjak 14 persen, dari 3,81 juta kiloliter (kl) menjadi 4,35 juta kl. Sedangkan solar melonjak 12 persen menjadi 2,4 juta kl. Realisasi penyaluran pada Februari tahun ini trennya terus meningkat, yaitu 17 persen untuk premium dan 15 persen untuk solar.Pertamina menghimbau masyarakat agar tak melakukan pembelian berlebih. Sebab, itu artinya penimbunan. Masyarakat dapat melaporkan indikasi adanya penimbunan kepada kepolisian, pemerintah daerah, BPH Migas, dan melalui call center Pertamina di 500000...(Republika 12/03/2012)
Laporan-laporan yang masuk akan ditindaklanjuti secara hukum. Pertamina juga telah memerintahkan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) untuk mengimplementasikan aturan ketat dalam penyaluran BBM bersubsidi. Aturan tersebut seperti pelarangan penjualan melalui jeriken, kecuali kepada masyarakat yang lokasinya jauh dari SPBU. Masyarakat harus menyertakan surat rekomendasi dari kepolisian dan atau pemda.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pengambilan kebijakan kenaikan bahan bakar minyak merupakan jalan untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia. Kebijakan ini juga ditempuh dengan memikirkan nasib masyarakat kecil.Jadi tidak benar kalau kenaikan BBM itu merugikan masyarakat,” kata dia seusai membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan, Rabu, 7 Maret 2012. Pemerintah mengusulkan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan tarif dasar listrik diberlakukan serempak pada 1 April mendatang. Harga bahan bakar jenis Premium dan solar naik menjadi Rp 6.000 dari Rp 4.500 per liter, sedangkan tarif listrik akan naik secara bertahap, 3 persen setiap triwulan.  Dalam draf usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012, pemerintah mengusulkan kenaikan subsidi BBM dari Rp 123,5 triliun menjadi Rp 137,3 triliun. Adapun subsidi listrik membengkak menjadi Rp 90 triliun dari Rp 44,9 triliun. 
Respon Masyarakat Desa terhadap Kenaikkan BBM
 Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menilai masyarakat desa paling banyak menolak kenaikan BBM. Survei menunjukkan 89,20 persen masyarakat desa menolak kenaikan BBM. Sedangkan masyarakat kota hanya 77,91 persen. Sangatlah salah jika beranggapan masyarakat kota yang paling banyak menolak kebijakan ini," papar peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di Jakarta, (Kompas11/03/2012). Sebabnya, menurut Adjie, masyarakat desa yang paling banyak merasakan dampak kenaikan BBM. Masyarakat di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur misalnya, harga BBM ketika tidak naik saja, sudah diatas normal. "Apalagi dinaikkan, tentu semakin terasa lebih mahal," imbuhnya. Belum lagi harga kebutuhan hidup, tentu akan semakin melambung dengan semakin dinaikkannya harga BBM. Sedangan hasil Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan masyarakat memang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Namun, mereka mendukung program BLT.  Hasil survei yang dirilis LSI menyebutkan, 69,64 persen dari 440 responden menyetujui program BLT sebagai kebijakan populer yang mengiringi kebijakan menaikkan harga BBM. Hanya 28,69 persen yang tidak menyetujui.LSI juga menyatakan SBY paling diuntungkan dengan kebijakan BLT ini. Ketika responden ditanya seandainya BLT dijalankan, siapakah tokoh yang dinilai paling berjasa? Sejumlah 53,74 persen menyatakan SBY paling berjasa. Sekitar 19 persen menyatakan Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, yang berjasa.Partai Demokrat paling diuntungkan dengan program BLT ini. Ketika responden ditanyakan partai mana yang paling berjasa dengan adanya BLT? Sejumlah 54,36 persen menjawab Demokrat. Sebesar 8,14 persen menyatakan PDIP berjasa. Dan 7,84 persen menyatakan Golkar berjasa.(kompas 11/03/2011)...





Penulis Adalah Wakil Bidang Litbang dan Infokom Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Pekanbaru Dan Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar