OLEH : ARIPIANTO
Menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-67 marilah kita kembali melakukan refleksi sebagai warga negara yang baik tentu
akan mengingat jasa - jasa para pahlawan yang sudah memerdekakan Indonesia.
Bahkan sebagai insan politik makna kemerdekaan harus bisa dimaknai secara utuh
agar bisa meneruskan perjuangan di masa sekarang. Selain itu, sistem penegakan
hukum harus dijadikan panglima dalam mengedepankan reformasi yang sedang
dilaksanakan saat ini. Sebagai negara hukum kita harus patuh
kepada hukum. Pada masa reformasi ini orang sudah tidak tabu dalam membicarakan
korupsi, berbeda dengan pada jaman orde baru lalu. Ini
berarti sudah ada kemajuan di Indonesia dan merupakan perkembangan yang baik
dalam refleksi kemerdekaan RI. Merdeka memang bukan perkara gampang.
Tidak ada kemerdekaan yang tidak dibayar dengan darah dan pengorbanan.
Kemerdekaan diperjuangkan oleh semua anggota bangsa, khususnya golongan yang
paling ditindas, tetapi kemerdekaan hanya dinikmati segelintir orang. 67 tahun sudah negera ini Merdeka menunjukkan masih ada Segelintir orang bisa bolak-balik
berlibur ke luar negeri, sedangkan mayoritas rakyat mencari makan pun sangat
susah. Tidak ada pembagian sembako yang sepi dari rakyat kebanyakan. Nasib
sebagian besar rakyat Indonesia belum beranjak dari jaman kolonial.
Kemerdekaan saat ini hanya dirasakan pejabat dan orang
kaya. Tetapi orang miskin tetap terjajah. Orang miskin itu seperti baju basah
yang terus-menerus diperas hingga kering.Di hari kemerdekaan yang ke-67, sudah
seharusnya pemerintah kedepan bisa menjadi pemerintahan merakyat(populis). “pemerintahan yang bisa menghapuskan
pengangguran, pemerintah yang mampu mengatasi kemiskinan, pemerintah yang
tanggap terhadap permasalahan rakyat” Tetapi tidak seperti kebanyakan klas
menengah dan kaum elit di Indonesia, yang mudah pudar kecintaan kepada
negerinya dan tergiur dengan segala hal yang berlabel asing. Meskipun ia
ditumpuki dengan kesengsaraan di negeri sendiri,rasa tetap cinta mati kepada bangsa dan negaranya harus tetap optimis bahwa suatu saat keadaan pasti
berubah.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, rakyat Indonesia masih belum puas
terhadap kinerja penegakan hukum di tanah air. Sekarang ini masih banyak rapor
merah yang harus segera diperbaiki pemerintah dan elemen penegak hukum. Kita
sering mendengar bahwa rakyat sendiri, masyarakat kita belum puas benar dengan
penegakan hukum di negeri ini," ujar SBY saat membuka sidang kabinet
terbatas di kantor Kejaksaan Agung. (25 Juli
2012 merdeka com)
Meski
demikian, presiden membandingkan kondisi yang jauh berbeda saat Indonesia
sedang mengalami krisis ekonomi 13 tahun lalu. Ketika itu, negara ini mengalami
kesulitan yang cukup berat dan mendapat penilaian buruk dari komunitas
internasional.
Kalau
dunia melihat Indonesia ibarat rapor, kalau mata pelajaran ada di bangku
kuliah, itu merah semua. Indonesia dalam keadaan yang sulit, seperti itulah
fail state atau negara gagal," tuturnya. Oleh
karena itu, pekerjaan kita masih besar dan banyak pekerjaan rumah untuk kita,
saya berharap semua simpul bekerja, tidak pandang bulu dari parpol manapun,
apapun jabatannya, kita harus tetap seperti itu. Keberhasilan pemberantasan
korupsi tidak hanya oleh polisi, tapi juga semua community," kata SBY.
Sejarah Kemerdekaan
Pada
tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di
Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara
Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk lebih menegaskan keinginan dan
tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom
kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada
Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno, Hatta selaku
pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI
diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945,
Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah
Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom
atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari
Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar
negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan
para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
Pada
tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari
kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang
setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan
dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan
kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal
berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang
dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks
proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan
dibagi-bagikan.
Pada
tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah
mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi...
Pada 17 Agustus 1945 merupakan momentum sejarah
yang tak akan pernah terlupakan oleh rakyat Indonesia. Momentum sejarah yang
selalu menjadi buah cerita untuk anak-anak bangsa. Dimana pada saat itu, sebuah
negara kepulauan besar lahir di dunia ini. Sebuah negara yang lahir bukan
karena pemberian atau hadiah dari kaum-kaum yang menjajahnya, tetapi lahir
melalui perjuangan panjang yang harus dihadapi oleh rakyatnya yang rela
mengorbankan harta, darah dan jiwa. Yang tak akan pernah takut berhadapan
dengan teng-teng besi, walaupun hanya bersenjatai bambu-bambu kayu. Sebuah
negara yang diberi nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hingga usia
kemerdekaan yang ke-67 ini, Bangsa Indonesia masih sering disebut sebagai
raksasa tidur(rakyat Merdeka). Bangsa ini memiliki sumber daya alam yang
melimpah, wilayah yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar, keanekaragaman
yang mengagumkan dan segenap potensi lain yang sayangnya belum tergarap secara
optimal oleh rakyatnya. Indonesia adalah raksasa yang kehadirannya disadari
sejak kemerdekannya. Tetapi ironinya, ia adalah raksasa yang sedang dan masih
terus tertidur dan seolah-olah tak ada yang tau kapan ia akan terbangun dan
menunjukkan taringnya.
Sudahkah Merdeka Negeri ini?
Kemerdekaan di negeri ini hanya untuk mereka
yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh untuk menguasai negara ini, tak melihat
apakah mereka rakyat Indonesia atau bukan. Orang-orang asing lah yang merdeka
di negeri ini, karena mereka lah yang merdeka untuk menguasai bumi, air dan
kekayaan alam lain yang terkandung didalam negara ini yang katanya harus
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,
tetapi itu hanya bualan belaka Tidak pantas kita merayakan kemerdekaan bangsa
ini, jika saat ini disekitar kita masih banyak orang-orang yang berjuang
melawan kerasnya hidup hanya demi sesuap nasi, demi menghidupi anak dan istri.
Sedangkan disisi lain korupsi semakin tumbuh dan berkembang tanpa ada yang
berani dan mau untuk memberantasnya. Tidaklah pantas kita merayakan kemerdekaan
bangsa ini, jika masih banyak tangis anak-anak terlantar yang sedang menahan
lapar, gelandangan merajalela dan penggangguran dimana-mana. Sedangkan disisi
lain para pejabat disana duduk dengan nyaman menikmati fasilitas yang diberikan
negara dengan menggunakan uang rakyat. Tidaklah pantas kita merayakan
kemerdekaan bangsa ini, jika disekitar kita masih banyak sekolah rusak,
anak-anak tidak bisa bersekolah karena mahalnya biaya pendidikan di negeri ini.
Sedangkan para wakil rakyat disana meminta dibuatkan gedung kerja baru yang
harganya hingga terliunan rupiah.Tidaklah pantas kita merayakan kemerdekaan bangsa
ini, jika disekitar kita masih banyak orang-orang sakit yang tidak mampu
berobat ke rumah sakit karena biaya pengobatan yang sangat mahal, yang katanya
setiap warga negara berhak memperoleh pelayanana kesehatan dan negara
bertanggung jawab dalam penyediaan fasilitas kesehatan...(Rakyat Merdeka)
Negeri ini terancam kehilangan harapan masa depan akibat berbagai praktik kehidupan berbangsa yang mengkhianati cita-cita proklamasi. Nyatanya kita tidak mampu belajar dan meneruskan cita-cita para founding fathers kita tentang hidup bersama sebagai bangsa. Hidup berbangsa dengan melihat bangsa sebagai rumah bersama yang menyadari bahwa setiap perbedaan adalah suatu niscaya kebersamaan dan mengembangkan sikap bahwa kemerdekaan untuk semua, bukan untuk sebagian golongan saja. Maka, marilah kita kembali pada jiwa proklamasi sebagai bangsa yang bermartabat, yang memiliki jiwa merdeka, keikhlasan untuk berkorban, tekad bersatu dalam keragaman serta siap membangun jiwa dan raganya untuk Indonesia yang merdeka. Semoga bangsa ini benar-benar akan menemui makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Untuk kemerdekaan indonesia yang lebih baik...
Penulis
Adalah Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas
Riau Dan Wakil Bidang Litbang dan Infokom Dewan Pimpinan Cabang Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Pekanbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar