Jumat, 05 Oktober 2012

NEGARA KU NEGARA KAYA,BERLIMPAH HUTANG


OLEH : ARIPIANTO

Meskipun pemerintah berencana mengurangi jumlah utang, namun ternyata jumlah utang Indonesia akan meningkat hingga Rp 119,2 triliun di tahun 2011. Utang pemerintah di tahun 2011 diproyeksikan bisa mencapai Rp 1.807,5 triliun, naik Rp 119,2 triliun dari proyeksi utang pemerintah di akhir 2010.Demikian isi Nota Keuangan 2011 yang akan dibahas sebagai RAPBN 2011, seperti dikutip detikFinance, Selasa (24/8/2010).Dalam nota tersebut dikatakan, di 2011 penambahan jumlah utang pemerintah terbesar adalah dari penerbitan surat utang yang direncanakan mencapai Rp 120 triliun. Jumlah outstanding surat utang pemerintah di 2011 diproyeksi mencapai Rp 1.197,1 triliun. Sementara dari sisi utang luar negeri justru diproyeksi turun tipis, yakni Rp 800miliar. Dari Rp 611,2 triliun di akhir 2010 menjadi Rp 610,4 triliun di akhir 2011. Namun, dalam nota tersebut, pemerintah menilai kondisi utang pemerintah masih baik dengan risiko yang rendah. Dikatakan, kondisi risiko keuangan portofolio utang pemerintah di 2010 semakin membaik dibanding tahun sebelumnya. Disebabkan semakin kondusifnya pasar keuangan khususnya di domestik. Posisi utang Indonesia hingga Juli 2010 mencapai Rp 1.625,63 triliun atau 26% dari PDB. Secara nominal memang utang Indonesia memang meningkat, namun secara rasio utang mengalami penurunan karena terus meningkatnya PDB sebagai faktor pembagi rasio utang. Berdasarkan data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu.
Menurut harian kompas, hutang indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 2000: Rp 1.234,28 triliun (89%) Tahun 2001: Rp 1.646,32 triliun (77%) Tahun 2002: Rp 1.821,83 triliun (67%) Tahun 2003: Rp 2.013,68 triliun (61%),Tahun 2004: Rp 2.295,83 triliun (57%),Tahun 2005: Rp 2.774,28 triliun (47%), Tahun 2006: Rp 3.339,48 triliun (39%),Tahun 2007: Rp 3.949,48 triliun (35%), Tahun 2008: Rp 1.4.954,03 triliun (33%), Tahun 2009: Rp 1.5613,44 triliun (28%),Juli 2010: Rp 1.6253,79 triliun (26%) (11/02/2011 Kompas)...
Hutang Indonesia terus menggurita. Pada 2010 atau zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebesar Rp 1.677 triliun. Dalam kurun waktu satu tahun, hutang Indonesia menjadi sebesar Rp 1.803 triliun, dan mencapai Rp 1.937 triliun pada tahun 2012, Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra) mencatat hutang pemerintah pada zaman pemerintah Megawati ke zaman pemerintah SBY mengalami kenaikan sebesar Rp 705 triliun. Posisi hutang pada masa Megawati sebesar Rp 1.232 triliun pada tahun 2003. Sedangkan posisi hutang pada masa pemerintah SBY sebesar Rp 1.937 triliun pada tahun anggaran 2012. "Selanjutnya, pengeleloaan hutang oleh pemerintahan SBY sangat amburadul, dan sangat mengecewakan lantaran," ujar Uchok Sky Khadafi dari Seknas Fitra dalam rilis yang diterima Minggu (5/2/2012 Antara news)...
 Menurut Seknas Fitra, hutang tersebut dipakai untuk bermewah-mewahan untuk memenuhi pembelian fasilitas para pejabat negara seperti pembelian pesawat kepresidenan dengan konsep greenaircraft dengan alokasi anggaran sebesar Rp 526 miliar. Pembelian pesawat kepresidenan yang berasal dari hutang bisa dilihat pada tahun 2011, pemerintah berhutang sebesar Rp 92 miliar. Sedangkan pada 2012, pemerintah berhutang sebesar Rp 339 miliar. Selain itu, Anggaran PNPM Mandiri yang berasal dari hutang mengalami kebocoran sebesar Rp 200 miliar. Hal ini jelas bahwa Indonesia berhutang tetapi hanya untuk dikorup oleh pejabat-pejabat publik. Dengan demikian, kalau pada tahun anggaran 2012 dengan hutang sejumlah Rp 1.937 triliun dibagi dengan 259 juta orang, berarti perkepala untuk setiap satu orang penduduk harus membayar atau mempunyai hutang sebesar Rp 7.478.764. Tidak cukup disitu, hutang tersebut pun sangat berpotensi besar untuk dikorupsi.

HUTANG INDONESIA MENINGKAT TAHUN 2012
 Hutang Indonesia mengalami kenaikan. Pada tahun 2012 ini, hutang luar negeri negara yang dihuni sekitar 230 juta jiwa manusia mencapai  Rp 1.937 triliun atau naik sekitar Rp 600 triliun dalam waktu kurang dari 5 thn. "Untuk 2012, hutang Indonesia bertambah Rp 134 triliun," tulis aktivis LSM Bendera (Benteng Demokrasi Rakyat) Mustar Bonaventura dalam rillisnya yang diterima PelitaOnline di Jakarta, Jum'at (10/2)...
Menurut Mustar, bertambahnya hutang luar negeri itu sangat ironis. Betapa tidak, lanjut Mustar, pada tahun yang sama, Indonesia juga harus mengeluarkan uang untuk membayar bunga hutang sebesar Rp 122 triliun atau hanya selisih Rp 12 triliun dari hutang yang didapatkan."Dengan demikian bunga yang dibayarkan tahun ini mencapai 90% dari hutang yang didapat," katanya. Dikatakan Mustar, jika hari ini Indonesia berani menghentikan hutang baru dan mulai membayar cicilan sebesar Rp 50 triliun atau Rp 1,1 triliun perminggu maka untuk melunasi hutang pokoknya saja Indonesia butuh waktu 40 tahun. Tetapi jika yang dilunasi berikut dengan bunganya maka kemungkinan hutang itu lunas 100 tahun dari hari ini, yaitu pada tahun 2012. Dengan hitungan itu, maka Indonesia baru bisa bebas hutang di tiga  generasi kedepan. Apakah menghentikan hutang dan disiplin penghematan anggaran mampu dilakukan SBY?" tanya Mustar.Namun Mustar mengaku bahwa hal tersebut sesuatu yang tidak mungkin. Sebab, katanya, jika di bandingkan dengan total hutang dari  tahun 1945 hingga 2007 yang berjumlah Rp 1300 triliun, maka hutang yang dibuat SBY dalam waktu lima tahun terakhir ini setara dengan 50% hutang Indonesia selama 67 tahun. "Disisi lain jika dilihat dari pola hidup mewah pejabat seperti pernikahan Ibas - Aliya yang capai Rp 40 Milyar atau biaya Rapat Kabinet sebesar Rp 30 Milyar pertahun serta pejabat maupun kader Partai Demokrat yang terlibat korupsi, maka sulit diharapkan SBY sanggup disiplinkan penghematan besar-besaran di semua sektor," katanya. Menurut Mustar, jika berangkat dari pertimbangan dan perbandingan hutang dari setiap presiden dalam waktu 67 tahun dan besaran hutang yang dibuat SBY dalam lima tahun serta pola hidup mewah dan korup pejabat era SBY, bisa disimpulkan bahwa penghentian atau pengurangan hutang hanya bisa terjadi  jika SBY segera diganti. "Jika SBY tidak diganti maka tahun 2014 hutang Indonesia dengan bunganya bukan tidak mungkin akan mencapai bahkan lebih dari Rp 2.400 triliun.
Tim Indonesia Bangkit (TIB) mencatat utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 persen menjadi Rp 1.667 triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Demikian disampaikan Ketua Tim Indonesia Bangkit, Rizal Ramli dalam Jumpa Pers di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (1/4/2009)... Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir jumlah utang Indonesia meningkat sebesar 31 persen dari Rp 1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp 1.667 triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesar Rp 392 triliun. “Itu menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah,” tegasnya. Sementara itu, Rizal juga mengatakan jumlah utang per kapita Indonesia pun meningkat. Jika pada 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8 jutan per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per kepala. “Kan aneh, data TIB menunjukkan utang naik, kok berani-beraninya pemerintah bikin iklan utang turun,” katanya. Indonesia Percuma Datang Ke G-20 Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga menilai kedatangan Indonesia di G-20 bisa sia-sia jika tidak membawa kepentingan ekonomi khusus bagi Indonesia sendiri. “Percuma saja jika Indonesia di G-20 tidak membawa sebuah agenda khusus yang mengutamakan perekonomian di Indonesia, semua akan sia-sia,” ujar ekonom TIB Hendry Saparini dalam kesempatan yang sama.
Menurut Hendry, jika kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan Bank Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja hal itu akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut akan menjatuhkan industri lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk impor. “Rugi bila kita tidak membawa suatu agenda yang tidak membahas kepentingan ekonomi kita, namun hanya mengurusi IMF dan Bank Dunia,” jelasnya. “Kita jangan mau dibodoh-bodohi. Selama ini negara-negara maju tidak pernah membuka luas pintu perdagangan bebas. Kalau Indonesia tidak berani memperjuangkan kepentingan ekonominya ya percuma aja berada di sana.
HUTANG INDONESIA DI DOMINASI HUTANG SWASTA
Utang luar negeri Indonesia lebih didominasi oleh utang swasta. Berdasarkan data di Bank Indonesia, posisi utang luar negeri pada Maret 2006 tercatat US$ 134 miliar, pada Juni 2006 tercatat US$ 129 miliar dan Desember 2006 tercatat US$ 125,25 miliar. Sedangkan untuk utang swasta tercatat meningkat dari US$ 50,05 miliar pada September 2006 menjadi US$ 51,13 miliar pada Desember 2006. Negara-negara donor bagi Indonesia adalah:Jepang merupakan kreditur terbesar dengan USD 15,58 miliar,Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar USS 9,106 miliar, Bank Dunia (World Bank) sebesar USD 8,103 miliar, Jerman dengan USD 3,809 miliar, Amerika Serikat USD 3,545 miliar, Pihak lain, baik bilateral maupun multilateral sebesar USD 16,388 miliar Utang luar negeri pemerintah memakan porsi anggaran negara (APBN) yang terbesar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran pokok dan bunga utang hampir dua kali lipat anggaran pembangunan, dan memakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pembayaran cicilan utang sudah mengambil porsi 52% dari total penerimaan pajak yang dibayarkan rakyat sebesar Rp 219,4 triliun.
Jumlah utang negara Indonesia kepada sejumlah negara asing (negara donor)di luar negeri pada posisi finansial 2006, mengalami penurunan sejak 2004 lalu sehingga utang luar negeri Indonesia kini 'tinggal' USD 125.258 juta atau sekitar Rp1250 triliun lebih. Pada tahun 2006, pemerintah Indonesia melakukan pelunasan utang kepada IMF. Pelunasan sebesar 3,181,742,918 dolar AS merupakan sisa pinjaman yang seharusnya jatuh tempo pada akhir 2010. Ada tiga alasan yang dikemukakan atas pembayaran utang tersebut, adalah meningkatnya suku bunga pinjaman IMF sejak kuartal ketiga 2005 dari 4,3 persen menjadi 4,58 persen; kemampuan Bank Indonesia (BI) membayar cicilan utang kepada IMF; dan masalah cadangan devisa dan kemampuan kita (Indonesia) untuk menciptakan ketahanan.
 




Penulis Adalah  Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau Dan Wakil Bidang Litbang dan Infokom Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Pekanbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar